Pages

  • RSS

Wednesday, May 5, 2010

Kesehatan Jamaah Haji Perlu Penanganan Lebih Serius

www.news.okezone.com
Kamis, 17 Desember 2009

(JAKARTA) - Penanganan kesehatan jamaah haji harus dilakukan lebih serius mengingat masih tingginya jumlah jamaah yang meninggal dunia. Proses rekrutmen jamaah dan rekrutmen tenaga medis yang bertugas dalam pelaksanaan ibadah haji harus lebih selektif.

Demikian dikatakan Anggota DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Yoyoh Yusroh seusai pemantauannya terhadap penyelenggaraan haji bersama Tim Pemantau Haji Komisi VIII DPR RI.

"kasus jamaah haji yang meninggal sampai saat ini sudah lebih dari 250 padahal pemulangan jamaah haji belum selesai sampai tanggal 31 Desember. Masih setengah bulan lagi, ini perlu perhatian serius dari Depkes terutama para medis yang ditugaskan ke sana, untuk selalu mengontrol kondisi jamaah," katanya.

Wakil Ketua Komisi VIII ini menyayangkan masih seringnya jamaah yang sakit bisa lolos pergi ke tanah suci. Akibatnya mereka harus mendapatkan perawatan yang intensif selama dalam perjalanan ibadah haji.

Yoyoh memaparkan pengalamannya langsung melihat dua kasus jamaah meninggal dunia. "Saya melihat langsung jamaah dari Bogor meninggal dunia, pak Mualim (52), sebelum berangkat sudah menderita kanker stadium 3 (tumor ganas) meninggal Rabu pagi (2/12) saat berada di tempat transit di Jeddah, di norkom hotel." Lebih lanjut Yoyoh menuturkan, "kemudian kasus jamaah meninggal di pesawat ibu Hartati (64) dari Solo yang meninggal karena sakit jantung dan asma. Saat naik tangga, di tangga terakhir dia terduduk tidak kuat kemudian diberi minyak angin oleh suaminya, lama-lama semakin tidak berdaya kemudian digotong diletakkan di kursi bisnis class, diberi oksigen, semakin lama pernafasan semakin lemah, pukul 13.30 waktu Jeddah, setelah meninggal tetap didudukkan di kursi bisnis kondisi tersebut mengkhawatirkan sebab khawatir jenazah terjatuh. Akhirnya oleh pramugari dan kesepakatan penumpang lain jenazah diletakkan di lantai. Jamaah dibungkus dengan selimut dan diletakkan di lantai di ruangan kecil di belakang kursi bisnis class terakhir, tempat yang sangat pas untuk ukuran mayat dengan diberi alas plastik seadanya," ceritanya.

Menurut Yoyoh rekrutmen jamaah yang kurang baik menjadikan jamaah yang berkondisi tubuh tidak sehat dapat turut melaksanakan ibadah haji. Padahal proses pelaksanaan ibadah haji memerlukan tenaga yang banyak dan kondisi fisik yang sehat. Hal ini mengakibatkan kondisi kesehatan jamaah akan semakin menurun pada saat jamaah kembali ke Tanah Air.

Namun dia menyayangkan pihak penyelenggara tidak terlalu mengantisipasi hal ini. Ini terbukti dari tidak tersedianya kit jenazah pada transportasi udara yang digunakan jamaah haji untuk kembali ke Indonesia, Garuda Airlines. "Kasus yang menimpa Hartati memberikan catatan khusus untuk Garuda. Walaupun bukan pesawat khusus pengangkut jamaah haji, namun jika musim haji 90% penumpang jamaah haji ONH plus, seharusnya menyediakan kit jenazah, karena disadari kondisi jamaah pulang haji dalam kondisi sangat lelah. Jadi khusus masukan untuk Garuda, walaupun pesawat adalah pesawat reguler, diharuskan menyediakan kit khusus untuk jenazah," tegas Yoyoh.


Jamaah non-kuota

Dengan bukti-bukti yang ada, pemerintah harus menindak tegas dan memberikan sanksi bagi para KBIH yang memberangkatkan jamaah non kuota sesuai peraturan yang ada. Kehadiran jamaah non kuota memberatkan berbagai pihak, baik penyelenggara ataupun jamaah haji kuota sendiri karena hak mereka diambil oleh jamaah haji non kuota. Terkait dengan hal ini,
"Saya pikir perlu ketegasan dari pemerintah untuk memberikan sanksi bagi para biro perjalanan haji yang memberangkatkan penumpang non kuota karena akan sangat mengganggu pelaksanaan ibadah haji. Apalagi ada kasus 96 jamaah haji hanya mendapatkan tiket keberangkatan saja tanpa tiket kepulangan. Padahal mereka sudah membayar cukup besar,"tuturnya.

Lebih lanjut Yoyoh menjelaskan bahwa di Mina, terjadi pemadatan jamaah di tenda-tenda karena adanya jamaah non kuota. Menurut data Depag kurang lebih 3600 orang yang dimasukkan ke tenda jamaah. Otomaatis mereka makan dari makanan jamaah, MCK menggunakan milik jamaah, dan tidur di tempat tidur yang seharusnya untuk jamaah kuota. Beberapa kasus yang saya lihat sendiri di kloter 54 JKS jamaah berasal dari Bogor mendapatkan tempat yang seharusnya diisi 16 orang tapi ada 48 jamaah yang harus tinggal di tenda tersebut, otomatis yang masuk hanya tasnya, orangnya tinggal di luar. "Ini kita komunikasikan langsung ke penyelenggara haji untuk mendapatkan solusi," ujarnya.

Selain itu Yoyoh juga menegaskan perlunya pemerintah untuk memberikan kebjakan terkait pembiayaan haji ONH Plus, "Dari pemantauan dan kisah para jamaah diperoleh informasi bahwa terdapat keberagaman yang jauh antara biaya perjalanan ibadah haji bagi ONH plus, dari yang minim $6000 sampai $18.000. Ini juga perlu adanya kebijakan dari pemerintah untuk menstandarisir biaya perjalanan ibadah haji agar bisa berjalan dengan cukup tidak terkesan adanya kesenjangan yang cukup jauh antara ONH plus dengan BPIH biasa."


Transportasi

Sementara itu mengenai kendala transportasi yang dialami oleh jamaah, Yoyoh kembali menegaskan tim penyelenggara transportasi jamaah agar diperhatikan dan diperbaiki kinerjanya agar jamaah tidak mengeluarkan dana sendiri untuk melakukan ibadah di Makkah. "Tolong diperhatikan transportasi jamaah yang masih menempati lokasi jauh dari Masjidil Haram. Jangan sampai mereka keluar dana sendiri dari kantong pribadi karena tidak ada bus yang standby untuk mereka. Padahal dana transportasi yang mereka gunaan tersebut seharusnya untuk membeli oleh-oleh bagi keluarga mereka di daerah masing-masing," tegas Yoyoh.

0 comments:

Post a Comment